Sebagai bagian dari saluran pencernaan, usus besar terdiri atas sekum, kolon asendens, kolon transversum, kolon desendens, kolon sigmoid, dan rektum. Kanker kolorektal mengacu pada kanker yang timbul dari bagian-bagian usus besar ini. Anatomi usus besar ditunjukkan pada gambar berikut.
Statistik di Singapura menunjukkan bahwa kanker kolorektal adalah kanker paling umum di antara pria dan kanker paling umum kedua di kalangan wanita pada periode tahun 2007-2011. Jumlah pasien kanker kolorektal di Singapura terus meningkat selama tiga dekade. Di Singapura, angka penderita bagi orang Tionghoa lebih tinggi daripada kelompok etnis Melayu atau India.
Kanker kolorektal umumnya menyerang pasien yang lebih tua dengan usia rata-rata 67 tahun. Namun, di OncoCare Cancer Centre, Singapura, kami melihat banyak juga pasien yang lebih muda yang terkena kanker kolon dan rektal. Risiko kanker kolorektal meningkat setelah usia 50 tahun.
Tanda dan gejala
Perlu dicatat bahwa beberapa pasien yang terkena kanker kolon atau rektum pada masa awal tidak memperlihatkan gejala apa pun.
Tanda dan gejala umum untuk kanker kolon dan rektum adalah:
- Perubahan kebiasaan buang air besar (sembelit, diare atau bisa bergantian sembelit / diare)
- Darah di tinja
- Merasa lelah atau lemah (bisa juga dari anemia)
- Tingkat zat besi rendah (anemia karena kekurangan zat besi)
- Tinja hitam atau berwarna gelap
- Nyeri lambung atau seringnya nyeri yang timbul dan hilang di daerah usus di perut
- Gejala-gejala lain yang muncul sehubungan dengan kanker kolorektal yang terdiagnosa pada stadium lanjut tergantung pada tempat dimana tumor itu menyerang atau tempat penyebarannya. Ini bisa merupakan rasa sakit di pangkal paha akibat tekanan pada saraf, gejala yang berhubungan dengan kencing akibat tekanan di kandung kemih atau prostat, gangguan usus atau penyakit kuning akibat perubahan di bagian hati.
Faktor risiko
Bertambahnya usia meningkatkan risiko kanker kolon dan rektum. Faktor risiko lain termasuk:
- Riwayat keluarga yang terkena kanker kolorektal (seperti penyakit genetik langka familial adenomatous polyposis (FAP) yaitu ribuan polip yang tumbuh pada usus besar, hereditary nonpolyposis colon cancer (HNPCC) yaitu kelainan genetik yang disebabkan adanya perubahan pada gen HNPCC)
- Banyak memakan “daging merah” dan atau daging olahan, dan jarang makan sayuran dan buah-buahan
- Kurangnya melakukan aktifitas fisik
- Kegemukan yang berlebihan
- Merokok
- Sering minum alkohol
- Kondisi tertentu seperti penyakit radang usus
Skrining untuk Kanker Kolorektal
Kanker kolorektal memungkinkan untuk dideteksi pada tahap awal sebelum gejala muncul. Ini biasanya dilakukan dengan tes faecal or stool occult blood test (FOBT) atau tes untuk memeriksa adanya darah pada tinja. Tes ini adalah untuk tes darah yang tidak dapat dilihat mata manusia. Relatif mudah dilakukan tetapi harus dilakukan setiap tahun.
Pemeriksaan lainnya adalah dengan cara Colonoscopy yang dapat dilakukan untuk melihat ke dalam rektum dan usus besar. Cara ini memiliki keuntungan karena bila dideteksi ada polip yang dapat menyebabkan kanker, maka polip itu akan sekaligus dapat diangkat atau dibuang. Prosedur ini biasanya dapat dilakukan dalam sehari. Jika tidak ditemukan adanya kelainan lain, Colonoscopy berikutnya dapat dilakukan lebih dari 5 tahun kemudian. Untuk seseorang yang berisiko tinggi, pemeriksaan dengan cara Colonoscopy ini sangat dianjurkan.
Pada umumnya, pemeriksaan ini dapat mulai dilakukan pada usia 50 tahun. Namun, tergantung pada tingkat risiko seseorang apabila ada orang tua atau saudara kandungnya yang terkena kanker usus besar atau rektum, atau adanya gejala penyakit keturunan tertentu, dokter Anda kemungkinan akan merekomendasikan pemeriksaan kanker ini lebih awal.
Stadium Kanker Kolon
Setelah didiagnosis adanya kanker kolorektal, maka proses selanjutnya adalah menentukan stadium dari kanker kolorektal ini, untuk menentukan agresivitas dan penyebarannya sehingga perawatan yang tepat dapat direncanakan. Pemahaman kami saat ini tentang penyebaran kanker kolorektal adalah penyebaran dari organ utama ke kelenjar getah bening, setelah itu menyebar ke tempat yang lebih jauh. Penentuan stadium, tes dan investigasi untuk pasien yang baru didiagnosis kanker kolorektal meliputi:
- Pemeriksaan fisik
- CT Scan atau MRI abdomen dan pelvis
- Foto rontgen dada
- Scan lainnya
- Histopatologi – bagaimana sel kanker terlihat ketika di bawah mikroskop, setelah diangkat saat operasi.
- Perubahan spesifik yang berkaitan dengan kanker kolorektal sesuai kebutuhan seperti KRAS, NRAS, BRAF.
Di OncoCare Cancer Centre, Singapura, kami menyadari pentingnya tes dan pemeriksaan seperti ini dan sering kali memakan waktu. Bagi pasien kami, mereka akan mendapatkan hasil tes penentuan stadium dalam 1 hingga 2 hari kerja.
Stadium kanker kolorektal berkisar dari stadium 1 hingga stadium 4.
Pada Stadium 2 dan 3, kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening, tetapi belum sampai ke kelenjar getah bening regional.
Pada Stadium 2 dan 3, kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening, tetapi belum sampai ke kelenjar getah bening regional.
Pada Stadium 4, kanker kolorektal telah menyebar ke organ yang lebih jauh, seperti hati atau paru-paru.
Perawatan tergantung pada tingkatan stadium penyakit ini. Kanker kolorektal yang belum menyebar umumnya diobati dengan pembedahan, dengan atau tanpa kemoterapi dan radioterapi. Obat yang digunakan adalah 5 fluorouracil (5FU), oxaliplatin, leucovorin (folinic acid) dan capecitabine (Xeloda). Kanker kolorektal stadium lanjut (stadium 4) umumnya diobati dengan kemoterapi dan terapi “target”. Seringkali, beberapa pasien mendapatkan hasil yang baik dari operasi tumor utama dan seringkali juga tumor yang sudah tersebar.
Ditulis oleh:
Dr Peter Ang Dr Wong Nan Soon
MBBS (Singapura) MBBS (Singapura)
MMed (Penyakit Dalam) M.Med (Singapura)
MRCP (Inggris) MRCP (Inggris)
FAMS (Onkologi Medis) FAMS (Onkologi Medis)