Pengantar
Kanker paru-paru dapat terjadi pada seseorang yang bukan perokok. Populasi penderita kanker paru-paru mengalami perubahan dan hal ini semakin disadari di seluruh dunia. Di Asia, hampir sepertiga pasien kanker paru tidak pernah merokok sementara angka pasien di Barat lebih rendah. Menariknya, ada perbedaan angka berdasarkan jenis kelamin juga. Dalam salah satu penelitian yang dilaporkan, hanya ada sekitar 15 persen pria penderita kanker paru-paru yang tidak pernah merokok, sedangkan untuk wanita angka ini mencapai 60 hingga 80 persen!
Dengan adanya kabut asap yang mempengaruhi negara-negara seperti Singapura, Malaysia, Indonesia, dan Brunei membuat beberapa pasien bertanya-tanya tentang efek kabut asap ini pada kanker paru-paru. Kabut asap diketahui membawa partikel PM 2,5 kecil yang dapat menembus lebih dalam ke saluran pernapasan atau saluran menuju paru-paru. Partikel halus kurang dari 2,5 mikron (PM2,5) adalah polutan udara yang mempengaruhi kesehatan manusia dan mengurangi jarak pandang di luar ruangan. Selain menyebabkan sejumlah masalah kesehatan yang mempengaruhi saluran pernapasan dan mata, penelitian menunjukkan bahwa paparan jangka panjang mungkin memiliki keterkaitan dengan peningkatan kematian akibat kanker paru-paru dan penyakit jantung. Orang dengan masalah paru-paru dan jantung yang kronis, anak-anak, dan orang tua bisa jadi sangat sensitif terhadap PM2.5.
Faktor risiko untuk kanker paru-paru non-perokok
- Perokok pasif
- Kondisi lingkungan yang memiliki zat-zat pemicu kanker, seperti gas radon, asbestos, kromium, arsenik, dll
- Penyakit paru-paru dengan kerusakan paru-paru
- Kerentanan genetik – belum dapat disimpulkan
Spesialis onkologi kami, Dr Leong Swan Swan, adalah salah satu penulis publikasi yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Oncology tahun 2006 tentang orang-orang yang bukan perokok yang mengalami kanker paru-paru dengan ukuran sel kanker yang tidak kecil (NSCLC) di Singapura. Dalam studi mereka, dari 883 pasien, 68,5% dari mereka yang tidak pernah merokok dan mendapat kanker paru-paru dengan ukuran sel yang tidak kecil adalah perempuan. Nilai tengah usia diagnosis kanker paru pada pasien yang tidak pernah merokok lebih muda dari nilai tengah usia diagnosis para perokok aktif dan mantan perokok.
Pertanyaan tentang apakah kerentanan genetik memiliki peranan pada umumnya disimpulkan dari studi berbasis populasi, di mana beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara kanker paru pada orang yang bukan perokok dan riwayat keluarga yang terkena kanker paru. Namun, sulit menghilangkan faktor kondisi lingkungan dalam penelitian ini dengan kelompok kontrol yang tepat. Studi asosiasi genom luas (GWAS) dengan teknologi DNA modern memberikan hasil yang beragam.
Reseptor faktor pertumbuhan epidermal (EGFR) adalah gen penting yang termasuk dalam keluarga tirosin kinase. Pada kanker paru-paru dengan sel yang tidak kecil, mutasi EGFR diketahui lebih sering terjadi pada tumor pasien yang bukan perokok dibandingkan dengan perokok. Menariknya, beberapa keluarga yang disebutkan ini memiliki mutasi germline dalam reseptor faktor pertumbuhan epidermal yang meningkatkan risiko mereka untuk kanker paru. Terdapat gen-gen lain termasuk HER2, yang dilaporkan dalam keluarga-keluarga ini. Ada juga dilaporkan mutasi di EGFR di T790M, sebuah mutasi yang mengakibatkan resistensi obat.
Jenis tipe biologi pada kanker paru-paru
Banyak orang mungkin menganggap kanker paru-paru sebagai penyakit tunggal tetapi hal ini semakin berubah. Jenis sel yang dominan pada bukan perokok dengan kanker paru adalah adenokarsinoma. Sebaliknya, kanker paru-paru yang berkembang pada perokok, meskipun sering juga dari jenis sel adenokarsinoma, memiliki proporsi sel skuamosa dan subtipe sel kecil yang lebih besar.
Lebih penting lagi, secara molekuler, saat ini terlihat ada perbedaan yang jelas pada berbagai jenis kanker paru-paru tersebut. Perbedaan-perbedaan ini tidak dapat diamati dengan hanya memeriksa tumor di bawah mikroskop atau imunohistokimia. Analisis molekuler menggunakan teknik untuk mutasi pada gen tertentu dan probe untuk gen fusi dibutuhkan. Di OncoCare Cancer Centre, Singapura, kami memiliki akses ke laboratorium berkualitas baik yang dapat melakukan tes ini dengan waktu penyelesaian yang cukup singkat.
Beberapa mutasi molekuler yang diuji adalah:
- EGFR – Reseptor Faktor Pertumbuhan Epidermal
- Penataan ulang ALK – Sebuah gen fusi yang terdiri dari bagian gen seperti echinoderm mikrotubulus yang mirip protein 4 (EML4) dan gen anaplastik limfoma kinase (ALK)
- Gen ROS-1
Pengobatan kanker paru pada bukan perokok
Bisakah kita menyembuhkan kanker paru-paru pada bukan perokok? Bisa, jika terdeteksi lebih awal! Sayangnya, hanya sedikit pasien dengan kanker paru stadium I dan stadium II yang dapat didiagnosis. Tidak seperti kanker paru stadium lanjut dan diseminata (stadium IV), kanker paru-paru dini dapat diobati secara kuratif dengan perawatan yang agresif. Pada beberapa pasien dengan kanker paru stadium awal, kemoterapi adjuvan atau kemo-radioterapi dapat lebih meningkatkan kelangsungan hidup.
Mereka yang tidak pernah merokok pada umumnya memiliki kondisi paru-paru yang lebih sehat dan fungsi paru yang lebih baik. Hal ini memungkinkan mereka untuk mentolerir perawatan agresif dengan lebih baik seperti reseksi bagian paru-paru (misalnya lobektomi dan pneumonektomi). Namun di sisi lain, mereka yang bukan perokok mungkin tidak menduga bahwa mereka akan terkena kanker paru-paru. Jika pasien tidak menaruh curiga pada batuk yang tidak kunjung sembuh misalnya, diagnosis kanker paru-paru mereka mungkin tertunda dan terdeteksi pada tahap yang lebih lanjut.
Perbedaan jenis obat yang digunakan pada pasien yang tidak pernah merokok dibandingkan pasien yang merokok telah diteliti dengan baik pada tumor dengan mutasi EGFR. Tingkat respons yang lebih tinggi telah dilaporkan untuk EGFR tirosin kinase inhibitor (TKI) dibandingkan dengan kemoterapi jika pasien memiliki mutasi EGFR. Obat-obatan oral seperti Erlotinib (Tarceva), Gefitinib (Iressa), Afatanib (Giotrif) telah mengubah pengobatan kanker paru, meningkatkan hasil dan tingkat toleransi, dan meningkatkan kualitas hidup. Kemajuan serupa telah dihasilkan dengan agen yang ditujukan untuk melawan ALK dan ROS-1, seperti Crizotinib dan Ceritinib.
Ditulis oleh:
Dr Leong Swan Swan Dr Peter Ang
MBBS (Singapura) MBBS (Singapura)
MMed (Penyakit Dalam) MMed (Penyakit Dalam)
MRCP (Inggris) MRCP (Inggris)
FAMS (Onkologi Medis) FAMS (Onkologi Medis)