OncoCare Cancer Centre

Oncocare Logo 2-08
OncoCare

Our Blog

MEMANFAATKAN SISTEM KEKEBALAN UNTUK MELAWAN KANKER BAGIAN 2 -IMMUNOTHERAPY
MEMANFAATKAN SISTEM KEKEBALAN UNTUK MELAWAN KANKER BAGIAN 2 -IMMUNOTHERAPY

18/05/2017 oleh Dr Thomas Soh, Dr Peter Ang

Pengantar

Sebagaimana telah dibahas dalam Bagian 1, pengamatan terhadap kekebalan tubuh memegang peranan penting dalam mencegah kanker. Tercatat lebih dari 100 tahun yang lalu, bahwa sel kanker memiliki sel-sel imunitas di sekelilingnya yang dikenal sebagai limfosites atau tumor limfositosis yang menyebak (TILs).

Secara sederhana, proses perkembangan sel kanker pertama dimulai ketika sel-sel normal berubah menjadi rusak, dan tubuh kita tidak sanggup memperbaiki maupun membunuhnya. Sel-sel tersebut secara akumulatif merusak, atau mengadakan mutasi dan ketika pada waktunya tiba, akan berkembang biak dengan sendirinya. Sistem kekebalan tubuh manusia sering kali mampu mengidentifikasi dan menghancurkan sel-sel yang tidak normal sebelum mereka berubah menjadi sel kanker. Hal inilah yang dijelaskan pada observasi TILs. Namun demikian, tindakan penyelamatan ini menjadi gagal ketika sel-sel tersebut mengembangkan strategi atau menyamar/menipu guna menghindari sistem kekebalan tubuh.

Walaupun terdapat banyak cara terapi imun, pada saat ini penggunaan istilah “imunoterapi” (terapi imun) identik dengan penggunaan kata “pengecekan pencegahan” seperti Keytruda (Pembrolizumab) dan Nivolumab (Opdivo). Pengecekan pencegahan tersebut menangkap sinyal-sinyal sel kanker yang menekan sistem kekebalan tubuh. Dengan kata lain, hal tersebut menyingkirkan penyamaran yang melindungi sel kanker tersebut.

Siapa yang mendapat manfaat dari perawatan semacam itu?

Secara historis, sel-sel kekebalan tubuh biasanya ditemukan di sekitar sel-sel kanker seperti pada sel melanoma dan kanker ginjal. Penggunaan awal terapi imun secara umum seperti penggunaan interferon dan interleukin selama ini bermanfaat dalam mengatasi sel-sel tumor tersebut. Terapi awal demikian akan mempercepat respons kekebalan tubuh. Akan tetapi kebanyakan para pasien tidak terlalu responsif terhadap tindakan yang diberikan karena kebanyakan mereka bukan memiliki masalah sistem kekebalan tubuh yang lemah, melainkan sistem kekebalan tubuh yang tidak sanggup mengenal sel kanker. Penggunaan pengecekan pencegahan selama ini telah berhasil menekan sel melanoma dan kanker urothelial (kandung kemih dan ginjal); dan hal ini telah disetujui banyak pihak penggunaannya guna memerangi jenis kanker tersebut.

Selanjutnya, hasil penyelidikan lebih lanjut, terapi kekebalan kini menunjukkan (immunotherapy) peluang memberikan hasil yang efektif terhadap banyak jenis kanker. Di antaranya adalah: kanker paru-paru, kanker usus besar, kanker lambung, kanker kerongkongan, kanker hati, kanker leher rahim, kanker kandungan, kanker payudara dan kanker di kepala dan leher.

Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa kelompok pasien tertentu memiliki  kecenderungan merespon lebih dari kelompok lainnya. Kelompok pasien ini memiliki kanker yang tingkat kecenderungan mutasinya lebih tinggi. Ketika penggunaan pengecekan pencegahan dilaksanakan dapat membuat sistem kekebalan tubuh lebih mudah mengidentifikasi sel kanker.

Sebuah contoh sederhana melibatkan seorang perokok yang terkena kanker paru. Disebabkan paparan zat kimia di dalam rokok secara ekstensif terakumulasi menyebabkan mutasi sel-sel kanker. Kelompok lain yang juga merespons dengan baik adalah mereka yang memiliki sejarah keluarga yang juga terkena kanker dan kemungkinan memiliki faktor keturunan menderita kanker seperti sindroma Lynch. Hal ini disebabkan karena kelompok pasien tersebut memiliki defisiensi dalam memperbaiki sel-sel rusak. Padahal, hal ini beresiko lebih tinggi bagi sel-sel kanker untuk berkembang biak sebagaimana halnya yang terdapat pada kanker usus besar, kanker lambung, kanker kandung kemih, cholangiocarcinoma dan juga kanker kandungan. Hal ini pula berarti terapi kekebalan tubuh (immunotherapy) memang lebih efektif, sekali lagi bagi mutasi yang telah berkembang secara kronis di dalam sel-sel kanker.

Ahli Onkologi Anda akan memberikan saran pengetesan yang saksama seperti pengujian MSI (Microsatellite-Instability) dan juga pengujian PDL1 (Programmed Death-Ligand) guna menilai tingkat manfaat penggunaan pengecekan pencegahan. Bilamana terdapat adanya faktor bawaan (keturunan), konseling genetika juga harus dilaksanakan, demikian pula disarankan agar anggota keluarga lainnya turut diperiksa.

Apa keuntungan di masa mendatang dan apa efek samping perawatan tersebut?

Terapi kekebalan tubuh (Immunotherapy) hanya memiliki relatif sedikit efek samping terhadap kemoterapi. Kebanyakan pasien dapat menerima pengecekan pencegahan dengan baik. Kebanyakan, gejala yang ditimbulkan adalah termasuk gejala seperti gejala flu, kelelahan ringan, diare dan ruam. Akan tetapi hal-hal demikian secara efektif dapat dikendalikan melalui pengobatan sederhana. Ketidak-seimbangan hormon sebagai contoh, hormon thyroid, dapat saja timbul. Akan tetapi, hal ini dapat dipantau ketika pengobatan berlangsung.

Namun demikian, sejumlah pasien kira-kira 10%, dapat memiliki efek samping yang serius. Hal ini disebabkan karena sistem kekebalan tubuh akhirnya malah menyerang sel normal secara ekstensif tanpa terkendali. Efek samping yang parah tersebut termasuk infeksi paru-paru, infeksi hati/liver, infeksi ginjal dan infeksi usus besar (radang paru-paru, hati, ginjal dan usus, berturut-turut). Penderita dengan bawaan keturunan atau memang memiliki faktor bawaan, penderita autoimun, penderita rematik, juga SLE (systemic lupus erythematosus) adalah penderita yang memiliki risiko lebih besar terhadap efek-efek samping tersebut.

Jika kiranya efek-efek samping yang tak terkendali tersebut muncul, efek penerapan pengecekan pencegahan dapat dilaksanakan kebalikannya dengan cara memberikan obat steroid immunosuppresive dengan dosis yang tepat atau obat-obatan yang mengandung immunomodulasi.

 

Ditulis oleh:

Dr Peter Ang                                                     Dr Thomas Soh
MBBS (Singapura)                                         MBBS (Singapura)
MMed (Penyakit Dalam)                              MRCP (Inggris)
MRCP (Inggris)
FAMS (Onkologi Medis)